Contoh cerpen yang bertemakan Kehidupan sehari-Hari
B. Indonesia
IntanKaA87
Pertanyaan
Contoh cerpen yang bertemakan Kehidupan sehari-Hari
2 Jawaban
-
1. Jawaban mariamsyafani1
Judul: Kartu ATM ku
“Sekarang menggunakan kartu ATM kalian!”, perintah Bu Nisa, guru Agama kami.
ATM itu singkatan dari Aku Tidak Menyontek. Untuk mendapat kartu itu kami harus mematuhi sebuah peraturan, yaitu tidak menyontek. Kartu ATM dipakai kala ulangan dan kala latihan. Tapi, saya tidak mempunyai kartu ATM, sebab saya orangnya tidak pandai dan malas belajar.
Akhirnya, ulangan pun dimulai. Aku mengerjakan soal-soal itu. Tapi, nomer 1, 3, 4, 7 dan 9, saya kesulitan. Kulihat ke sampingku untuk bertanya. Sayangnya ia memakai kartu ATM. Kulihat ke arah lain. Mereka termasuk memakai kartu ATM.
Bu Nisa tersenyum melihatku. Akhirnya, saya pun menanyakan ke Varia bersama dengan mengancam kalau tidak jawab, ia tidak bakal boleh pulang denganku. Tapi, ia menyatakan kartu ATMnya. Aku mulai mulai kesal. Aku pun menjawab soal itu bersama dengan asal-asal.
Saat Pulang…
Aku langsung berlari ke mobil Ayah. Aku biarkan Varia mencariku. Biarin aja dia mencariku. Siapa suruh ia tidak memberiku jawaban. Aku pun memasuki mobil Ayah. Kak Fani, kakak perempuanku, telah berada di dalam mobil.
“Varia mana, Len?”, tanya Ayah. “Mana saya tahu”, ucapku sambil menyaksikan ke arah Ayah.
“Kita menunggu aja, ya”, kata Ayah.
Aku benci mendengar Ayah bicara begitu. Kulihat Varia mengakses pintu mobil bersama dengan muka pucat dan penuh bersama dengan keringat.
“Kamu kenapa tinggalin aku, Len?”, tanya Varia.
“Siapa suruh tadi kamu begitu”, ucapku bersama dengan suara sedikit kasar.
“Varia, kamu menggunakan kartu ATM juga?”, tanya Kak Fani.
“Iya, Kak”, jawab Varia. “Kakak termasuk ada”, kata Kak Fani sambil menyatakan kartu ATMnya.
“Kartu ATM itu apa?”, tanya Ayah.
Kak Fani dan Varia mengatakan kartu ATM kepada Ayah. Aku hanya terduduk diam memandangi jendela. Setelah selesai menjelaskan, Ayah pun mengerti.
“Wah… Helen ada?”, tanya Ayah. “Nggak ada, Yah”, jawabku menundukkan kepalaku.
“Kamu tahu, gak, Len? Kalau turut ATM, kami bakal bisa kelebihan, loh”, kata Varia sambil menyodorkan sebuah kertas.
“Wah… Aku senang ikut, Var. Besok saya daftar, deh mirip Pak Stanlius. Kamu temeni aku, ya, Var”, ucapku tersenyum sesudah membaca kertas itu. “Ok”, kata Varia. -
2. Jawaban baguzsulaimanp3royl
Tetangga yang Buruk
Pada suatu pagi hari yang cerah seorang pria kurus berbadan besar yang bernama, Budi keluar dari rumahnya untuk mencari suatu pekerjaan. Dia pergi menuju halte bus yang terletak beberapa blok dari rumahnya. Saat ia melewati rumah tetangga yang berada di samping rumahnya, Budi secara tidak sengaja menjatuhkan dokumen penting di halaman tetangganya tersebut.
Namun, pada saat itu tetangganya yang bernama Deni kebetulan sedangmelihat keluar jendela. Ia pun melihat Budi yang menjatuhkan sebuah kertas tepat di depan rumahnya.
“Kenapa orang itu membuang sampah di depan rumahku? Sepertinya dia sengaja menjatuhkan kertas itu dari sakunya dan sengaja untuk mengotori halaman depanku,” kata Deni kesal.
Budi dan Deni adalah tetangga baru. Mereka baru saja pindah ke rumah mereka masing – masing, tetapi mereka belum pernah saling menyapa sehingga mereka tidak saling mengenal satu sama lain.
Melihat kejadian tersebut, Deni kesal terhadap tetangga barunya itu. Tapi bukannya ia pergi keluar dan mengatakan sesuatu, dia malah merencanakan balas dendam untuk tetangga tersebut.
Pada malam harinya, Deni memutuskan untuk melaksanakan rencana balas dendam, yang telah dia buat sebelumnya. Dia mengambil keranjang sampah dan membawanya pergi ke rumah Budi secara diam – diam, lalu Deni membuang sampah – sampah tersebut di depan halaman Budi. Namun ternyata, saat itu Budi juga sedang berdiri di balik jendela dan melihat kejadian tersebut. Budi juga tidak keluar untuk menegur Andi. Sebaliknya, dia juga merencanakan hal serupa untuk membalas perbuatan tersebut.
Keesokan harinya Budi membereskan semua sampah yang berserakan di halam rumahnya. Kemudian, saat dia memunguti sampah – sampah tersebut, dia menemukan kertas yang merupakan dokumen penting miliknya berada di antara sampah – sampah itu. Budi sangat terkejut dengan apa yang ditemukannya itu sehingga memunculkan prasangka – prasangka yang buruk memenuhi kepalanya.
“Kurang ajar, ternyata dia tidak hanya berniat untuk mengotori halamanku, dia juga mencuri dokumen pentingku. Awas saja tunggu pembalasanku,” gerutu Budi dari dalam hati.
Budi pun merencanakan hal yang buruk untuk balas dendam. Kemudian, Dia menemukan sebuah ide yang cukup buruk untuk tetangganya itu. Malam itu dia menelepon seorang peternak sapi dan memesan kotoran sapi itu untuk dikirimkan ke alamat Deni dengan alasan sebagai pupuk untuk menyuburkan halamannya. Tentu saja, keesokan harinya, Deni mendapati halamannya penuh dengan kotoran sapi yang sangat menjijikan dan bau busuk. Dia pun merasa yakin bahwa ini semua merupakan perbuatan licik tetangganya. Segera setelah dia membersihkan kotoran – kotoran itu, ia kembali menyusun rencana untuk membalas dendam.
Advertisement
“Ternyata dia mengajakku untuk berperang,” kata Andi sambil mengerutkan dahinya.
Pada akhirnya kedua tetangga ini terus menerus melakukan hal yang sama untuk mengotori halaman rumah tetangga mereka masing - masing. Peristiwa ini terus berulang, Budi terus mengotori halaman Andi, dan begitu jua sebaliknya.
Bahkan tindakan balas dendam yang dilakukan kedua tetangga ini semakin parah dan membahayakan. Hanya karena menjatuhkan kertas yang tidak disengaja kini beralih sampai tindakan yang lebih parah, seperti mengemudikan truk di halaman, mencabuti semua tanaman, melempari batu, dan kotoran. Hingga terjadilah suatu peristiwa yang sangat membahayakan, Budi membakar pagar tetangganya, tetapi api semakin membesar dan melahap rumah mereka berdua, sehingga membakar harta dan melukai diri mereka.
Akhirnya kedua tetangga tersebut berakhir di rumah sakit, dan harus menghabiskan beberapa waktu di ruangan yang sama.Pada awalnya mereka menolak untuk berbicara satu sama lain. Namun, pada suatu hari keheningan tersebut pecah. Mereka saling berbincang dan seiring waktu berlalu, mereka menjadi teman, hingga sampai pada suatu hari mereka akhirnya membahas tentang awal mula permusuhan tersebut. Mereka pun menyadari bahwa kejadian tersebut diawali oleh sebuah kertas yang jatuh dan menyebabkan kesalah pahaman di antara mereka.Jika saja mereka tidak berdiam diri dan menegur tetanggnya dari awal mungkin mereka tidak berada di rumah sakit dan tempat tinggal mereka masih utuh.
Namun, pada akhirnya, kini mereka telah menjadi teman, mereka saling membantu untuk pulih dari luka-luka mereka, dan mereka berdua juga bekerja sama untuk membangun kembali rumah mereka.